indaheey☺✌

indaheey☺✌

Selasa, 14 Maret 2017

STUDI KASUS HUMAS DALAM MEMULIHKAN CITRA SAMSUNG CORPORATION PASCA INSIDEN MELEDAKNYA PONSEL SAMSUNG GALAXY NOTE 7

Tugas :
Manajemen Humas
Oleh  :
Indah Fitriyani A.
Kelas:
3 H (HUMAS)
 Dosen:
Pipit Fitriyah S.Ikom., MM

    Krisis merupakan suatu titik balik yang dapat menjadikan perusahaan menjadi lebih baik lagi atau menjadi buruk, namun kebanyakan krisis menjadi sesuatu yang ditakuti oleh perusahaan karena dapat menghancurkan reputasinya. Seperti yang kita ketehaui, krisis dinilai lebih ke arah negatif ketimbang hal postif yang dapat mempengaruhi berjalannya kinerja perusahaan. Biasanya krisis ini datangnya tidak dapat diketahui, melainkan secara tiba-tiba. Tetapi sebenarnya krisis tidak semuanya mendatangkan bahaya, melainkan dapat menjadi acuan agar perusahaan tersebut menajdi lebih baik lagi. Ini semua tergantung bagaimana cara menghadapi dan menanganinnya. Dengan melakukan pengelolaan manajemen kasus yang benar dan tepat, maka krisis atau konflik tersebut bisa dijadikan peluang untuk lebih baik.
Seperti penanganan yang dilakukan humas perusahaan besar asal korea selatan ini yakni Samsung Corporation dengan sangat maksimal. Dalam mengelola krisis dan konflik ini humas Samsung Corporation melakukan jenis krisis bersifat segera, dan tahapan yang digunakan terkait dengan tipe krisis tersebut adalah masuk kedalam tahap akut. Tahap ini merupakan sudah cukup berat, karena dalam insiden tersebut sangat amat membuat citra buruk kepada perusahaan yang sudah besar dan ternama tersebut. Selanjutnya barulah dimulai tahap mengelola krisis. Terlebih dahulu mengidentifikasi serta menganalisisnya sampai pada pemulihan citra.
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui Manajemen Krisis di Samsung Corporation, Strategi manajemen krisis, serta untuk mengetahui Peran Humas dalam mengelola krisis manajemen tersebut. Hasil penelitian yang diperoleh adalah Pengelolaan Humas dalam melakukan penanganan krisis tersebut sangat baik. Dengan hasil penanganan yang maksimal. Humas Samsung Corporation sudah menjalankan perannya dengan baik, yaitu dapat membantu perusahaan untuk menciptakan kondisi perusahaan yang sedang mengalami krisis atau konflik menjadi kembali sedia kala dipercaya oleh masyarakat dan pelanggan setia Samsung.
Kata kunci: manajemen krisis, citra

PENDAHULUAN
Ketika terdapat isu pada suatu perusahaan atau terjadinya krisis dan konflik, bukan saja hanya petinggi perusahaan yang dikejar oleh pemburu berita atau awak media, melainkan juru bicaranya atau humas dari perusahaan tersebut. Oleh karena itu, dalam suatu perusahaan dibutuhkan seorang humas untuk menangani suatu konflik dan menjadi pihak yang merancang strategi dalam membentuk citra yang positif bagi perusahaan. Bahkan ketika krisis dan konflik terjadi dalam perusahaan, Tim humas-lah yang menjadi ujung tombak perusahaan untuk meluruskan dan memebrikan Informasi yang benar adanya kepada masyarakat luas terkait isu yang beredar. peran tim humas-lah yang menjadi penentu sukses tidaknya perusahaan melewati krisis sekaligus melakukan langkah recovery. Tim humas berperan penting dalam menyiapkan spoke person yang tepat, antara lain menyiapkan CEO untuk dapat menghadapi sekaligus menjawab pertanyaan media maupun publik. Tim humas pula yang harus merumuskan proses perencanaan program komunikasi untuk penanganan krisis, Termasuk mengatur jalannya penyelesaian krisis dan juga memantau jalannya perkembangan krisis. Tim humas harus memiliki kemampuan untuk menyiapkan berbagai skenario, termasuk FAQ (Frequent Asked Questions) untuk digunakan oleh CEO atau spoke person lainnya dalam menghadapi publik atau media.
Pada dasarnya anatara perusahaan dengan publik saling membutuhkan, namun jika suatu perusahaan menginginkan umur yang panjang untuk keberlangsungan perusahaan tersebut maka kepercayaan dan citra baik di mata masyarakat merupakan salah satu yang terpenting untuk eksistansi sebuah perusahaan. Apa bila kepercayaan dan citra perusahaan rusak di mata masyarakat, maka perusahaan harus bersiap-siap untuk menghadapi krisis. Penanganan yang tidak tepat dari pihak perusahaan dalam memulihkan citra perusahaan tersebut sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan perusahaan, maka dari itu perusahaan juga membutuhkan humas dalam menjaga citra baik perusahaan di mata masyarakat dan menjalin hubungan dengan stakeholder baik dari internal maupun eksternal.
Pada tahun 2016 Industri perangkat elektronika, telekomunikasi dan semikonduktor sedikit tercoreng. Penyebabnya adalah meledaknya lima buah Ponsel merek Samsung Galaxy Note 7. Isu ini mencuat lantaran beredarnya pemberitaan mengenai laki-laki florida asal Amerika Serikat pada jumat (16/9/16), yang mengaku menderita luka bakar parah setelah ponsel Samsung Galaxy Note 7 miliknya meledak di saku celana, dan setelah itu hingga saat ini sudah banyak laporan mengenai hal sama yakni meledak dan terbakar. Belum diketahui dengan pasti apa penyebabnya, namun dugaan awal terletak dari baterainya yang mudah panas. Gugatan ini diajukan oleh Jonathan Strobel di Palm Beach County. Ia tercatat sebagai konsumen AS pertama yang mengajukan gugatan kepada Samsung lantaran isu teknis baterai Galaxy Note 7. Strobel berkata ponsel itu meledak dan terbakar di celana sehingga membuat kaki kanannya mengalami luka bakar parah. Luka bakar juga terjadi pada ibu jari tangan kirinya ketika ia mencoba untuk memadamkan api di celana.
Gugatan diajukan sehari setelah Samsung melakukan penarikan resmi 1 juta unit Galaxy Note 7 dari pasar AS. Regulator perlindungan konsumen AS, Consumer Product Safety Commission (CPSC), mencatat sejauh ini ada 92 laporan masalah panas berlebih pada baterai Galaxy Note 7, termasuk 26 laporan luka bakar dan 55 kasus kerusakan properti karena ledakan produk itu. Samsung terpaksa menarik dan menghentikan penjualan Galaxy Note 7 karena terjadi masalah manufaktur baterai yang menyebabkan baterai rentan mengalami panas berlebih, lalu meledak. Penarikan ini merupakan skala terbesar yang pernah dialami Samsung.
Humas Samsung Amerika Utara, Danielle Meister Cohen enggan mengomentari litigasi ini tetapi ia meminta konsumen untuk segera menukar Galaxy Note 7. Gugatan ini meminta Samsung untuk ganti rugi yang tidak disebutkan nilainya atas tagihan medis, upah yang hilang, rasa sakit dan penderitaan, dan dugaan cedera lain. Sebelum ada keputusan ini menarik Galaxy Note 7 secara global, Samsung mencatat telah menjual 2,5 juta unit Galaxy Note 7 di 10 negara. Strategy Analytics memprediksi biaya gabungan untuk recall dan penjualan yang hilang dari Galaxy Note 7 akan memangkas US$ 5 miliar atau Rp 66 triliun dari pendapatan Samsung tahun 2016 saat itu. Mengenai insiden yang dialami Samsung Corporation tersebut menaruh kekecewaan yang cukup besar bagi seluruh penggunanya, terutama bagi korban, dari insiden tersebut masyarakat banyak bertanya-tanya, Mengapa kelalaian ini bisa terjadi. Kini kepercayaan Masyarakat terutama pengguna ponsel Samsung terhadap Samsung Corporation semakin memudar dari serangkaian insiden yang telah beberapa kali terjadi kepada penggunanya. Masyarakat Indonesia menjadi sedikit trauma untuk menggunakan dan untuk membeli ponsel merek Samsung ini.
Kini masyarakat semakin dibuat resah mengenai perangkat ponsel tak aman dari Samsung, seperti yang semuanya ketahui, Samsung merupakan perusahaan terbesar yang telah lama memproduksi ponsel yang telah banyak digunakan di banyak negara di dunia. Apa lagi bagi masyarakat yang telah membeli ponsel keluaran terbaru Samsung ini. Mayarakat dibuat bingung untuk perusahaan ponsel yang sudah besar dan ternama mengapa masih belum dapat menerapkan  ponsel canggih dan aman bagi para penggunanya. Banyak masyarakat yang kecewa dengan kelalaian dari perusahaan industri perangkat eleektronika, telekomunikasi dan semikonduktor ini, padahal harga untuk mendapatkan ponsel Samsung Galaxy Note 7 ini cukup mahal, namun belum bisa memberikan kepuasan bagi penggunanya dalam keamanan pemakaiannya.
Pasca terjadinya insiden tersebut secara tidak langsung Citra Samsung Corporation tercoreng dimata khalayaknya, untuk itu upaya-upaya yang dilakukan Humas Samsung Corporation dalam menangani insiden tersebut adalah ketika krisis itu muncul, tentunya banyak ketidakpastian muncul atau spekulasi, untuk itu pihak humas harus mengklarifikasinya, melainkan kondisi seperti itu harus segera ditritmen/ditangani secara bertahap, setelah melakukan tritmen baru muncul penjelasan. Setiap hari setelah insiden tersebut humas mengeluarkan berita pers, mengenai alasan mengapa insiden tersebut bisa terjadi. Dan yang paling mendasar ketika insiden itu terjadi adalah pihak humas harus benar-benar menjelaskan secara detail masalah yang terjadi, alasan-alasan kuat dan akurat yang benar-benar bisa dipertanggungjawabkan, selain itu pihak humas juga mencari tahu mengapa bisa terjadi insiden tersebut, bagaimana terjadinya dan bagaimana meninjau dan menyelesaikan krisis tersebut. Samsung Corporation merasa bersalah, untuk itu pihak Samsung Corporation melakukan penarikan seluruh ponsel Samsung Galaxy Note 7 dan menukarnya segera.
            Sedangkan upaya yang dilakukan humas dalam pemulihan citra Samsung Corporation dalam menerapkan manajemen krisis terhadap insiden meledaknya ponsel Samung Galaxy Note 7 tersebut, Pihak humas termasuk sangat siap sekali ketika menghadapi insiden itu tertjadi, sehingga penanganannya pun terbilang sangat cepat, dan untuk memulihkan citra tersebut, tentunya pihak humas berupaya untuk menggunakan pilihan strategi yang tepat dan mantap dalam menangani krisis manajemen, guna mengembalikan citranya yang positif di mata khalayaknya.

FOKUS PENELITIAN
Dengan adanya insiden terjadinya kelalaian dari pihak Perusahaan Samsung Corporation, Samsung Corporation mengalami krisis manajemen yang dapat menjatuhkan citranya di mata publik. Sebelum insiden kelalaian ini terjadi Samsung Corporation dicitrakan sebagai perusahaan industri perangkat elektronika, telekomunikasi dan semikonduktor yang paling banyak di produksi di berbagai negara belahan dunia karena selalu berinovatif dan canggih dalam setiap keluaran ponsel terbarunya yang memberikan kepuasan terhadap pemakainya. Setelah terjadinya insiden tersebut citra Samsung Corporation tercoreng. Banyak publik yang merasa kecewa atas kelalaian yang menimpa dua maskapai penerbangan tersebut. sebelum terjadinya insiden tersebut masyarakat menilai citra Samsung Corporation baik dalam soal perangkatnya yang biayanya relative murah dan terjangkau serta inovatif dan canggih. Dan setelah insiden itu terjadi kepercayaan masyarakat terhadap citra Samsung Corporation telah hilang sebagai perusahaan perangkat elektronika, telekomunikasi dan semikonduktor yang mementingkan keamanan penggunanya. Sehingga masyarakat merasa takut dan kecewa untuk menggunakan ponsel dari Samsung Corporation ini.

TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka tujuan penulis meneliti studi kasus ini, yaitu :
  1. Untuk mengetahui Manajemen Krisis di Perusahaan Samsung Corporation
  2. Untuk mengetahui Stategi Manajemen Krisis apa yang digunakan Samsung Corporation
  3. Untuk mengetahui Peran Humas dalam Manajemen Krisis di Samsung Corporation

MANAJEMEN KRISIS
Perusahaan Samsung Corporation merupakan salah satu perusahaan industri perangkat elektronika, telekomunikasi dan semikonduktor yang mengalami krisis manajemen ketika terjadinya insiden meledaknya ponsel Samsung Glaxy Note 7 september 2016 lalu. Pasca insiden tersebut perangkat elektronika, telekomunikasi dan semikonduktor mengalami penurunan citra di mata masyarakat bahkan kerugian yang fantastis. Untuk itu, pihak humas Samsung Corporation langsung merespon cepat dalam penanganan krisis tersebut. Penulis memahami bahwa arti krisis bisa berarti menjadi bahaya dan bisa juga jadi peluang. Maksudnya, bila suatu perusahaan mengalami krisis dan tidak cepat langsung ditangani, maka sangat bahaya sekali bagi perusahaan tersebut, bisa-bisa hidup matinya perusahaan itu dipertaruhkan. Sedangkan bagi perusahaan yang bisa mengatasi krisis dengan baik, maka perusahaan tersebut akan memanfaatkan keberhasilan itu menjadi peluang yang baik, untuk memulihkan citra positifnya kembali.
Jadi kesimpulan penulis mengenai krisis adalah sesuatu yang bisa sangat merugikan perusahaan, yang semestinya harus dikarantina terlebih dahulu. Krisis juga bisa dikatakan sebagai keadaan yang genting, yang datangnya tiba-tiba atau tidak pernah diduga sebelumnya. Oleh karena itu krisis jangan dianggap remeh oleh perusahaan, karena bila tidak langsung diatasi atau diambil tindakan yang serius, maka bisa berakibat fatal. Bisa-bisa bagi perusahaan yang mengalaminya bukan peluang yang didapat, melainkan nama baik perusahaan tersebut dipertaruhkan. Ketika krisis itu datang, manajemen krisis sudah harus dalam keadaan siap dalam menangani krisis tersebut. Jadi ketika krisis datang menerpa suatu perusahaan, dan perusahaan tersebut memiliki manajemen krisis yang baik, maka perusahaan siap menghadapi krisis yang datang. Karena di dalam manajemen krisis tersebut sudah terbentuk tim yang khusus menangani krisis.
Manajemen krisis meliputi :
1.      Penelitian Kasus
2.      Perencanaan Penyelesaian Kasus
3.      Pelaksanaan Penyelesaian Kasus
4.      Pengevaluasian Penyelesaian Kasus

PENELITAN KASUS
Tipe dan Anatomi Krisis
Tipe dan Anatomi Krisis ini merupakan bagian dari tahap penelitian Manajemen Krisis. Ada tiga tipe krisis dikemukakan Claudia Reinhardt, (Morissan, 2006: 154), berdasarkan kategori waktu, yaitu :
1. Krisis bersifat segera (immediate crises)
Tipe krisis yang paling ditakuti karena terjadi begitu tiba-tiba, tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak ada waktu untuk melakukan riset dan perencanaan. Contoh : pesawat jatuh, eksekutif penting meninggal, kebakaran, gempa bumi, serangan bom, Psoduk yang tercemar, penembakan di tempat kerja oleh karyawan yang baru di phk dan sebagainya. Krisis jenis ini membutuhkan consensus terlebih dahulu pada level manajemen puncak untuk mempersiapkan rencana umum (general plan) mengenai bagaimana bereaksi jika terjadi krisis yang bersifat segera agar tidak menimbulkan kebingungan, konflik dan penundaan dalam menangani krisis yang muncul.
2. Krisis baru muncul (emerging crises)
Tipe krisis ini masih memungkinkan praktisi humas untuk melakukan penelitian dan perencanaan terlebih dahulu, namun krisis dapat meledak jika terlalu lama ditangani. Contoh : munculnya ketidakpuasaan di kalangan karyawan, semangat karyawan yang rendah, pelecehan seksual di tempat kerja, penyalahgunaan jabatan dan sebagainya Tantangan bagi Praktisi humas jika terjadi krisis jenis ini adalah meyakinkan manajemen puncak untuk mengambil tindakan perbaikan sebelum krisis mencapai tahapan kritis.
3. Krisis bertahan (sustained crises)
Krisis bertahan adalah krisis yang tetap muncul selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun walaupun telah dilakukan upaya terbaik oleh pihak manajemen perusahaan atau organisasi untuk mengatasinya. Contoh : rumor atau spekulasi mengenai perusahaan yang menyebar dari mulut ke mulut dan disebarluaskan oleh media massa yang kesemuanya di luar kontrol praktisi humas.
Walaupun telah berkali-kali dibantah pihak pihak perusahaan namun upaya itu belum juga berhasil. Rumor dan isu terus beredar. Contoh : isu atau rumor mengenai pemutusan hubungan kerja besar-besaran di perusahaan atau rumor yang menimpa perusahaan AS, Procter & Gamble, yang diisukan sebagai perusahaan ‘pemuja setan’ karena logo perusahaan dianggap sebagai symbol setan.
Dalam penjelasan tipe krisis diatas, penulis memahami bahwa dalam ketiga tipe krisis tersebut mewakili jenis-jenis krisis yang ada, karena itu tipe krisis bersifat segera ini merupakan tipe krisis yang dialami oleh Samsung Corporation mengenai insiden meledaknya ponsel Samsung Galaxy Note 7. Dalam tipe krisis ini memang datangnya sangat tiba-tiba, tidak terduga dan tidak pernah diharapkan sama sekali. Sehingga dalam jenis tipe krisis ini setiap perusahaan harus dalam keadaan siap, dengan datangnya krisis secara mendadak. Dari penjelasan tipe krisis diatas, berikut penulis paparkan anatomi krisis berdasarkan tingkat tahapannya. Menurut Steven Fink (Kasali, 1994: 227-230), anatomi krisis itu berdasarkan tahapan-tahapan. Ada empat tahapan krisis sebagai berikut :
1)   Tahap prodromal
Krisis pada tahap ini sering dilupakan orang karena perusahaan masih bergerak dengan lincah. Padahal, pada tahap ini bukan pada tahap krisis sudah kronis (meledak), melainkan krisis sudah mulai muncul. Tahap prodromal sering disebut juga warning stage, karena ia memberi sirene tanda bahaya mengenai simtom-simtom yang harus segera diatasi. Ada tindakan yang musti di lakukan supaya krisis tidak menjadi akut.  Tahap prodromal biasanya muncul dalam salah satu dari tiga bentuk ini, yaitu : Jelas sekali Tatkala gejala awal memang sudah bisa dilihat dengan jelas seperti munculnya desas-desus atau adanya kesalahan berulang pada perusahaan. Samar-samar Yakni gejala yang muncul hanya samar-samar sehingga sulit menafsirkan dan menduga luasnya satu kejadian, seperti munculnya pesaing baru atau tindakan/ucapan dari pemuka pendapat. Sama sekali tidak terlihat. Gejala-gejala krisis bisa tak terlihat sama sekali. Perusahaan tidak dapat membaca gejala ini karena kelihatannya segalanya oke-oke saja. Laba perusahaan meningkat dengan baik. Perusahaan beranggapan “sulit untuk memuaskan semua pihak”. Maka, kalau ada kerugian pada salah satu produk atau keburukan pada salah satu lini, itu adalah sangat wajar. untuk itu perusahaan perlu melakukan general check-up secara rutin, missal tiga atau enam bulan sekali dengan memanggil konsultan. Metode yang biasanya di pakai adalah management audit yang menyangkut segala aspek di dalam perusahaan.
2)        Tahap Akut
Pada tahap ini krisis sudah kelihatan dan orang menyadari krisis sudah terjadi. Salah satu kesulitan besar dalam menghadapi krisis pada tahap akut ini adalah intensitas dan kecepatan serangan yang datang dari berbagai pihak menyertai tahap ini. Kecepatan ditentukan oleh jenis krisis yang menimpa perusahaan, sedangkan intensitasnya ditentukan oleh kompleksnya permasalahan. Tahap akut merupakan antara krisis berikutnya, yakni tahap kronis.
3)   Tahap Kronis
Pada tahap ini sisa krisis kelihatan. Ini merupakan tahap untuk melakukan pemulihan dan analisa diri. Ada langkah-langkah yang dilakukan, seperti pergantian manajemen, perusahaan struktur perusahaan atau perubahan nama perusahaan. Tahap kronis adalah tahap terenyuh. Kadang-kadang dengan bantuan seorang krisis manager yang handal, perusahaan akan memasuki keadaan yang lebih baik, sehingga pujian-pujian berdatangan dan penyembuhan (resolution) mulai berlangsung.
4)   Tahap Resolusi (penyembuhan)
Tahap ini adalah tahap penyembuhan (pulih kembali) dan tahap terakhir dari 4 tahap krisis. Meski bencana besar dianggap sudah berlalu, krisis manajer tetap perlu berhati-hati, karena riset dalam kasus-kasus krisis menunjukan bahwa krisis tidak akan berhenti begitu saja pada tahap ini. Krisis umumnya berbentuk siklus yang akan membawa kembali keadaan semula (Prodromal stage). Bila pasien yang sedang dalam proses penyembuhan (tahap resolusi) tidak dapat menahan diri, dan bila penyembuhannya tidak tuntas benar, ia akan kembali lagi ke tahap prodromal. Penulis memahami bahwa dengan adanya anatomi krisis, dapat mempermudah praktisi humas untuk peka terhadap datangnya krisis di perusahaan. Apabila suatu perusahaan sudah memperlihatkan tanda-tanda tahapan krisis tersebut, praktisi humas harus peka dan harus mengambil tindakan yang cepat, sebelum krisis itu menyebar luas.
Pada hal ini yang dialami Perusahaan Samsung Corporation mengenai insiden meledaknya ponsel Samsung Galaxy Note 7, dilihat dari tahapan krisis diatas, Samsung Corporation mengalami krisis manajemen termasuk kedalam tahapan krisis akut. Karena pada tahap krisis ini sudah kelihatan sangat jelas sekali. tetapi krisis ini dapat ditangani dengan cepat oleh pihak Samsung Corporation dengan penarikan secara langsung seluruh produksi dari Samsung Galaxy Note 7. Pada tahapan krisis yang dialami oleh Samsung Corporation termasuk dalam tahapan krisis akut, dan kaitannya dengan siklus krisis adalah bahwa siklus krisis tersebut hanya menggambarkan dengan terencana dari tahapan-tahap krisis tersebut secara berurutan menuju ketahap penyembuhan. Dan jika dilihat dari cara kerja Samsung Corporation dalam penanganan krisis tersebut, Samsung Corporation menggambarkan siklusnya dari tahap akut dan langsung beralih ketahap penyembuhan (resolusi) sehingga tidak ketahap kronik dulu, hal ini terjadi dikarenakan krisis tersebut dapat ditangani dengan baik, sehingga tidak menjadi semakin parah.

PERENCANAAN PENYELESAIAN KASUS
Mengelola Krisis
Disini kita memasuki tahap perencanaan penyelesaian kasus yakni dengan mengelola krisis, Dalam mengelola krisis ada dua pendapat ahli yang penulis tulis, yaitu : Yosal iriantara (2004: 124), langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengelola krisis antara lain : Identifikasi krisis, Analisis krisis, Isolasi krisis, Pilihan strategi, Humasogram pengendalian. Sedangkan menurut, IFAS (2001: 63), Langkah-langkah dalam menghadapi krisis tersebut antara lain : Mengidentifikasi krisis, Fact-finding selama masa tidak krisis, Membentuk tim, Fine-tune jaringan komunikasi. Berikut penjelasan dari kedua pendapat ahli dalam mengelola krisis tersebut : langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengelola krisis, menurut Iriantara (2004: 124) sebagai berikut :
1.       Identifikasi krisis
Dalam mengidentifikasi krisis, Praktisi Humas melakukan penelitian, yang penelitiannya bisa saja bersifat informal dan kilat, bila krisisnya terjadi sedemikian cepat. Katakanlah di sini praktisi Humas mendiagnosis krisis tersebut. Diagnosis itu merupakan langkah awal yang penting untuk mendapatkan data dan informasi yang akan digunakan untuk melakukan tindakan
pada tahap berikutnya.
2.       Analisis krisis
Data dan informasi yang dikumpulkan tersebut untuk selanjutnya diurai, baik bagian per-bagian, artinya melakukan analisis parsial atau analisis menyeluruh. Analisis ini dilakukan sebagai dasar untuk menentukan pengambilan tindakan yang tepat.
3.       Isolasi krisis
Krisis adalah penyakit. Kadang bisa juga berarti lebih dari sekadar penyakit biasa, ia adalah penyakit menular. Untuk mencegah krisis menyebar luas ia harus diisolasi, dikarantinakan sebelum tindakan serius dilakukan.
4.       Pilihan Strategi
Sebelum langkah berkomunikasi dilakukan, setelah melakukan analisis dan mengisolasi krisis, penting untuk menentukan strategi mana yang akan dipergunakan. Strategi generik dalam menangani krisis ini ada tiga bentuk.
1)         Strategi Defensif
2)         Strategi Adaptif
3)         Strategi Dinamis
5.       Program Pengendalian
Program pengendalian adalah langkah penerapan yang dilakukan menuju strategi generik yang dirumuskan. Umumnya strategi generic dapat dirumuskan jauh-jauh hari sebelum krisis timbul, yakni sebagai guidance agar para eksekutif bisa mengambil langkah yang pasti. Berbeda dari strategi generik, program pengendalian biasanya disusun di lapangan ketika krisis muncul.
Implementasi pengendalian diterapkan pada :
(1)       Perusahaan (beserta cabang)
(2)       Industri (gabungan usaha sejenis)
(3)       Komunitas
(4)       Divisi-divisi perusahaan (Iriantara, 2004: 124)

PELAKSANAAN PENYELESAIAN KASUS
Strategi Manajemen Krisis
Sebelum mengetahui strategi yang digunakan, berikut penulis paparkan ada tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam menyusun strategi (Iriantara, 2004: 30-31), yaitu :
  1. Pendekatan Skenario, yang mendeskripsikan sejumlah gambaran tentang organisasi pada masa depan untuk kemudian dipilih gambaran yang dipandang paling sesuai. Pendekatan ini tepat digunakan oleh organisasi nonprofit atau organisasi berskala kecil dan menengah.
  2. Pendekatan Permasalahan kritis, yaitu yang mengumpulkan sejumlah permasalahan kritis yang teridentifikasi melalui analisis situasi, lalu menyusunnya berdasarkan tingkat kerawanannya. Selanjutnya, dipilih solusi yang baik. Seperti halnya pendekatan scenario, pendekatan ini tepat digunakan oleh organisasi nonprofit dan organisasi berskala kecil dan menengah.
  3. Pendekatan Sasaran, yaitu yang dalam menyusun strateginya terlebih dulu menetapkan sasaran yang inggin dicapai oleh organisasi pada masa depan. Setelah itu, ditetapkan strategi yang tepat untuk mencapai sasaran tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan oleh organisasi-organisasi bisnis yang besar.
Sebelum menentukan strategi yang digunakan penulis terlebih dahulu menggunakan pendekatan dalam penyusunan strategi. Penulis menggunakan pendekatan tersebut, karena salah satu dari pendekatan yang penulis paparkan tersebut, sesuai dengan pendekatan yang diterapkan Humas Samsung Corporation. Pendekatan yang diterapkan tersebut adalah Pendekatan sasaran, pendekatan ini digunakan guna untuk mengetahui sasaran yang dicapai oleh Samsung Corporation. Sasaran yang ingin dicapai dan dilaksanakan penyelesaiannya oleh Samsung Corporation antara lain :
1)      Secara bertahap Samsung Corporation berharap dapat menciptakan (merubah) situasi “ketidakpastian” menjadi kondisi yang “pasti”.
2)      Humas bekerja secara langsung dalam membantu media massa untuk mendapatkan data dan fakta yang ada yang sesuai perkembangan penanganan insiden.
3)      Berusaha keras untuk tetap menjaga kepercayaan publik bahwa produk dari Samsung Corporation merupakan perangkat yang aman untuk dipakai dan mengutamakan aspek “safety” dan kenyamanan pemakai.
4)      Menciptakan kondisi atau gambaran bahwa Samsung Corporation mengeluarkan perangkat yang “safe” dan perusahaan menunjukkan sikap yang “caring” terhadap para korban dan bisa dengan cepat mengambil tindakan bagi kesalahan yang terjadi contohnya dengan me-recall produk yang bermasalah tersebut.

Peran Humas
Penulis memahami peranan humas dalam perusahaan itu sangat penting sekali untuk pemahaman fungsi humas dan komunikasi organisasi, karena humas merupakan sebagai ujung tombak dari suatu perusahaan. Humas berperan sebagai salah satu divisi dalam perusahaan untuk menjalankan strategi dan mendukung strategi perusahaan. Humas juga diperankan untuk mengkomunikasikan strategi perusahaan. Begitu juga dengan perusahaan Samsung Corporation menempatkan humasnya sebagai penghubung, mediator, dan juga pihak yang mempunyai hubungan langsung antara organisasi dengan publiknya dimana humas Samsung Corporation berperan dalam membantu manajemen untuk peka mengawasi, mengatur dan menangkal issu-issu yang berkembang. Selain itu Humas juga berperan dan membantu manajemen dalam membangun opini publik, serta membantu manajemen dalam memanfaatkan teknik-teknik komunikasi dalam upaya membangun citra perusahaan.

PENGEVALUASIAN
Tahap dan Proses Pelaksanaan Evaluasi
Secara umum, evaluasi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
1.    Penilaian pada tahap awal perencanaan penyelesaian kasus.
Dilakukan ketika strategi belum dilaksanakan. Bertujuan untuk menentukan skala prioritas dari berbagai alternative dan kemungkinan cara mencapai tujuan dan penyelesaian kasus yang telah dirumuskan sebelumnya. Disini perusahaan Samsung Corporation membuat strategi dan perencanaan dengan matang dan teliti, tujuannya agar penyelesaian kasus dapat terealisasikan dengan baik dan tujuan dari penyelesaian kasus-pun tercapai. Seluruh divisi dikerahkan untuk ikut dalam penyelesaian kasus, dari CEO perusahaan hingga bagian Produksi, terutama humas.
2.    Penilaian pada tahap proses pelaksanaan peenyelesaian kasus.
Dilakukan ketika strategi telah dilaksanakan. Untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan rencana penyelesaian kasus apakah rencana berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan. Pada pengevaluasian tahap ini, perusahaan tetap berkoordinasi dengan baik dengan seluruh divisi dan melakukan rapat pengevaluasian di setiap pelaksanaan strategi. Perusahaan Samsung Corporation dengan humas dan semua divisi mencatat kembali apa saja yang telah dilakukan dan bagaimana feedback masyarakat setelah strategi dilaksanakan. Apakah hingga saat strategi terlaksana tujuan dari perusahaan tercapai atau tidak.
3.    Penilaian pada tahap akhir setelah pelaksanaan penyelesaian kasus.
Dilakukan ketika segala strategi dan rencana penyelesaian kasus telah selesai dilaksanakan. untuk mereview apakah pencapaian tujuan penyelesaian mampu mengatasi masalah yang telah terjadi, untuk menilai efisiensi, efektifitas terhadap pencapaian dalam mengembalikan kondisi perusahaan dan citra perusahaan tersebut. Pada tahap evaluasi akhir ini seluruh pihak dan divisi me-review kembali semua strategi yang telah dilakukan dengan baik dan tepat, dan mengantisipasi untuk hal-hal yang akan terjadi kedepannya, sehingga jikalau akan terjadi lagi krisis dan kasus pada perusahaan, semua pihak dapat kembali menyelesaikan dengan tepat dan baik dan juga memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang pernah dilakukan, sehingga perusahaan Samsung Corporation dapat terus menjadi perusahaan yang dinilai baik oleh masyarakat luas.

KESIMPULAN
          Seorang Humas harus bisa mengetahui strategi dalam menangani manajemen krisis, untuk dapat memulihkan citra baik perusahaan seorang Humas harus dapat dengan bijak mengambil langkah-langkah untuk dapat menyelesaikan krisis tersebut. Dalam kasus yang dialami oleh perusahaan Samsung Corporation yakni meledaknya ponsel Samsung Galaxy Note 7. Humas perusahaan Samsung Corporation mengambil tindakan untuk menarik kembali ponsel Samsung Galaxy Note 7 di pasaran dan bagi yang sudah membelinya diharapkan untuk segera menukarkan Samsung Galaxy Note 7 tersebut. Perusahaan Samsung Corporation juga secara resmi meminta maaf melalui situs web resmi milik Samsung dan permintaan maaf juga dilayangkan melalui media cetak satu halaman full. Di beberapa Negara Samsung mengadakan Press Conference sebagai wujud permintaan maaf kepada seluruh pengguna Samsung. Menurut penulis,  Humas perusahaan Samsung Corporation mengambil langkah yang tepat untuk segera mengembalikan citra baik perusahaan. Bagi Samsung Corporation kepercayaan masyarakat lebih penting walaupun perusahaan mengalami kerugian yang besar yang menurun hingga 7%. Humas Samsung Corporation berharap masyarakat akan tetap mempercayai dan tetap menggunakan produknya dengan semua langkah yang telah diambil, dan dengan penanganan tersebut perusahaan Samsung Corporation dapat mengembalikan keadaan menjadi lebih baik dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA